Kami berangkat melalui jalur Muara Angke, karena disana terdapat perahu penumpang yang biasa mengangkut penduduk & kebutuhan lainnya dari ibu kota ke Pulau Pramuka (Pusat Administrasi Kepulauan Seribu), Kawanku bilang ada beberapa jalur menuju pulau seribu, bisa dari Tanjung Pasir di Tangerang, atau dari Pantai Marina, Ancol. Berhubung dengan budget paket hemat maka Muara Angke-lah yang jadi pilihan. Aroma 'harum' khas pasar ikan sudah mulai tercium ketika kami memasuki pemukiman nelayan di sana. Inilah sisi lain kehidupan masyarakat Indonesia, sebagai nelayan mereka mungkin terbiasa dengan bau-bauan seperti itu. Mereka bisa bertahan dengan fasilitas seadanya dan bahkan dengan lingkungan yang jauh dari kata 'nyaman'. Tapi berkat jasa merekalah kita bisa menikmati nasi goreng seafood, calamari, kepala kakap atau hasil laut lainnya.
Perahu yang kami tumpangi waktu itu sudah terisi penuh dengan berbagai macam kebutuhan hidup yang akan dipakai di Pulau Seribu, beruntung masih ada tempat bagi rombongan kami untuk naik perahu tersebut karena mungkin akan lama lagi untuk menunggu perahu selanjutnya. Membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam untuk sampai di pulau Pulau Pramuka, tapi saya sangat menikmati perjalanan tersebut. Cuaca waktu itu agak mendung, namun laut begitu tenang. Perjalanan ditemani semilir angin laut memang menyenangkan. Mulai dari situ saya mulai percaya bahwa negara ini adalah negara kepulaun. Sejauh mata memandang hanya ada laut dan pulau di sekeliling rute perjalanan kami. Dalam perjalanan itu pun saya melihat kehidupan makhluk lain di laut ini. Burung-burung laut seperti camar, bangau dan gagak turut menghiasai perjalanan ini. Saya kagum dengan perjuangan mereka untuk mencari makan di laut, bayangkan saja sarang mereka pasti ada di salah satu pulau, kemudian mereka terbang ke tengah laut untuk mencari 'nafkah', di tengah laut dimanakah mereka akan istirahat?? Jadi sebelum mendapatkan apa yang dicari mungkin burung itu akan terus terbang. Mereka tidak khawatir akan kehabisan ikan di laut, walaupun manusia dengan berbagai macam peralatannya telah begitu banyak mengambil ikan lebih dari yang mereka butuhkan.
Sumber listrik di sana berasal dari PLTD, listrik di sana sangat terbatas. PLTD tersebut dinyalakan dari jam 4 sore sampai jam 7 pagi. Berbeda sekali dengan kita yang terbiasa mendapat listrik 24 jam sehari, non stop selama setahun. Dengan begitu kita bisa menyadari betapa pentingnya hemat energi. Air tawar pun sulit didapat,untuk minum hanya mengandalkan dari air minum kemasan. Air Tawar di sana sebagian besar diperoleh dari air hujan yang ditampung, kalaupun ada air tanah, masih terasa asin. Air tersebut hanya dipakai untuk mencuci saja.


Siang itu angin masih tetap kencang, dan kami pun tetap berangkat karena muatannya sudah dikurangi. Awalnya perjalanan lancar-lancar saja, walaupun masih miring-miring tapi tidak separah sebelumnya, mungkin hanya pengaruh dari gelombang laut karena angin yang kencang. Setelah sekitar setengah jam meninggalkan dermaga, mulailah perjalanan terasa sangat menegangkan. Di tengah laut, jauh dari pulau, gelombang laut semakin tinggi. Perahu miring ke kiri dan kanan sekitar 45 derajat setiap dihantam ombak. Bahkan mesin perahu hampir mati ketika ada gelombang besar sekali yang hampir membuat perahu kami terbalik. Dengan hati berdebar-debar dan bayangan perjalanan akan berakhir di sini, kami terus bertahan dalam perahu walaupun ada teman kami yang mabuk laut.
Setelah satu jam berlalu dengan suasana yang memacu adrenalin, akhirnya mulai muncul sedikit harapan. Pulau-pulau kecil mulai terlihat, gedung-gedung pencakar langit di pulau Jawa mulai bermunculan. Dalam pikiran kami kalo pun perahunya terbalik, setidaknya dekat dengan salah satu pulau. Alhamdulillah, perahu yang kami tumpangi terus melaju mendekati Muara Angke. Aroma 'harum' khas pasar ikan seakan-akan meyakinkan kami bahwa kami masih bernafas. Sore itu dengan di sambut tatapan keheranan para nelayan yang bersiap-siap mencari ikan di perahunya, Kami pun merapat di dermaga muara angke. Sangat lega rasanya bisa menjejakkan kaki lagi di tanah Pulau Jawa. Beberapa dari kami ada yang langsung menelepon keluarganya atau orang-orang terdekatnya untuk mengabari bahwa kita masih selamat. Segala puji bagiMu ya Allah, kami masih diberi kesempatan untuk menjejakkan kaki di darat.
all photos are courtesy of Dhimas Bayu FK
2 comments:
Bos! semoga masih banyak petualangan yang bisa kita lakukan, semoga masih banyak negeri yang akan kita kunjungi.
btw thanks for the credit!
salam alaik.... whueyyyyyyyy
i don't know this great or verry great moment 4 u all.i just look deep inside of the story and finding some of pearl of what a frenz is for...
thats the great or verry great moment is.....
ur adventure there were verry exciting 4 every one who love the journey,specially 4 the boating.
hope some day we, all of u can re-archipelago again....
chotto taihen da ne eigo de no komento ha....
nakanaka boku ga anta tachi no momento wo miru to, erai naa tte omotterunda yo...
jya,
Post a Comment