30 December 2008

Perjalanan di Akhir Taun

> Lembang-Patenggang, 9 - 12 Desember








































































> Jatinangor, 21 Desember




























> Sumedang, 28 Desember



01 December 2008

Ekspedisi Tangkuban Perahu

Waktu itu tanggal 17 Agustus 2003, ketika negara tercinta ini merayakan kemerdekaannya yang ke-58. Sudah lama juga negara kita merdeka, namun ternyata waktu yang cukup lama itu belum membuktikan bahwa bangsa ini juga sudah merdeka.
Karena hari itu juga libur, kami berencana untuk hiking ke tangkuban perahu melalui jalur hutan dari dekat sekolah kami. Sekolah kami berada di Cisarua, Kab. Bandung. Jika dilihat dari peta, posisinya berada di sebelah selatan Gunung Tangkuban Perahu. Jika memakai kendaraan kita bisa menggunakan jalur Lembang untuk sampai ke gunung Tangkuban Perahu. Hiking kali ini, rencananya kita akan mencoba jalan baru menuju Tangkuban Perahu. Rombongan kami berjumlah 9 orang, sekitar jam 6 pagi kami semua sudah bersiap dengan membawa perbekalan seadanya. Kami memulai perjalanan tersebut dari perkebunan teh Sukawana. Peralatan yang kami bawa hanya sebuah kompas butut dan cutter kecil. Setelah sekitar 2 jam mengarungi kebun teh, akhirnya kami memasuki hutan dimana hanya terdapat jalan setapak dan pohon-pohon yang tinggi sehingga membatasi penglihatan kita. Panduan kami waktu itu hanya kompas sehingga kami terus berjalan ke arah utara dimana gunung Tangkuban Perahu berada. Seru sekali berjalan-jalan di tengah hutan tropis yang lebat, kami sempat menemukan buah arbei liar dan memetiknya sambil beristirahat. Sekitar satu jam berlalu, jalan yang kami lewati mulai menanjak sekitar 60 derajat. Beberapa kali kami harus beristirahat, kebetulan ada pohon tumbang yang posisinya seperti tempat duduk panjang. Disitu lah poto ini diambil. Kami terus mendaki sampai kami tidak mengikuti jalan setapak lagi. Dalam keadaan mendaki kami terus menerobos pohon-pohon paku yang mendominasi hutan itu. Kami beristirahat setelah menemukan area yang agak datar. Ketika itu kami baru menyadari bahwa kami telah TERSESAT. Waktu itu sudah tengah hari, kami sempat berdebat apakah melanjutkan perjalanan atau kembali pulang. Beruntung salah seorang teman kami berinisiatif untuk memanjat sebuah pohon yang agak tinggi dan melihat sebuah tower, alangkah senangnya saat itu karena kalo ada tower pasti di dekatnya ada jalan. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan patokan tower tersebut. Dengan perasaan optimis kami terus berjalan menerobos pohon-pohon paku karena tidak ada jalan setapak. Dan perjuangan itu tidak sia-sia, setelah berjalan beberapa lama akhirnya kami menemukan jalan yang cukup besar. Betapa girangnya saat itu, karena di jalan itu juga kami bisa bertemu manusia lagi. Pepatah 'malu bertanya sesat di jalan' sangat berarti sekali saat itu, maka dengan bertanya-tanya pada orang yang kami temui sampailah kami di kawah Tangkuban Perahu. Dan kami tidak perlu membayar tiket masuknya karena jalan itu memang tidak dijaga..